Sebanyak 114 Duta PNPM Mandiri dari penjuru Indonesia berkumpul di Lapangan Sisi Barat Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada 10 Mei 2014. Bersama mereka merayakan perubahan yang sudah mereka baktikan untuk kampung halamannya. Perjuangan bersama PNPM Mandiri dalam memberdayakan masyarakat menjadi mandiri dan bermartabat. Delapan cerita dari Duta PNPM tampil di atas pentas puncak acara Temu Nasional PNPM Mandiri 2014.
Temu Nasional (Temnas) PNPM Mandiri merupakan acara akbar rutin Pokja Pengendali PNPM Mandiri yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama para pelaku program dalam rangka mengidentifikasi berbagai capaian, kemajuan program serta berbagai langkah perbaikan yang diperlukan.
Temnas 2014 memiliki makna yang sangat strategis karena bersamaan dengan upaya pemerintah dalam meletakkan berbagai pondasi kebijakan bagi keberlanjutan gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia paska pergantian kepemimpinan legislatif dan kepresidenan di Indonesia. Upaya tersebut tercermin dalam rumusan Peta Jalan (Road Map) PNPM Mandiri serta Undang-undang Desa yang sudah disahkan oleh DPR RI pada Desember 2013 lalu. Tema pokok Temnas 2014 adalah “Bersama PNPM, Masyarakat Berdaya, Mandiri dan Bermartabat”.
Para Duta PNPM berbicara di hadapan sekitar 1.000 orang yang memadati Monas terdiri dari tamu undangan, pejabat, tokoh nasional, pelaku PNPM Mandiri dari wilayah sekitar Jakarta, dan masyarakat yang datang ke Monas. Mereka mewakili jutaan kisah di balik perjuangan menuju masyarakat madani.
Duta PNPM ini terdiri dari kader pemberdayaan masyarakat dari lokasi sulit, terpencil atau terisolir. Bahkan, Duta dari Toli-Toli harus berlayar selama 19 jam. Mereka aktif mendukung PNPM Mandiri dan menerima manfaat dari beragam program seperti PNPM Perdesaan, Perkotaan, PISEW, RIS, Generasi, Kelautan, Pariwisata, Pertanian, Peduli, dan Komunitas Kreatif. Mereka mampu menceritakan pengalaman membanggakan dan inovasi yang telah ditumbuhkan bersama PNPM Mandiri. Semua demi membangkitkan masyarakat miskin di sekitarnya dari keterpurukan. Sebagian besar duta ini merupakan perempuan tangguh di daerahnya.
“Seratus duta ini mewakili jutaan peserta PNPM. Sejak 1998 cikal-bakal PNPM; PPK dan P2KP, peserta PNPM itu 88 juta orang, 76 persen kaum perempuan. Hidup kaum perempuan!” seru Sujana Royat, Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan. Kemiskinan Kemenko Kesra sekaligus Ketua Pokja Pengendali PNPM Mandiri.
Saat konferensi pers, Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa RI (PMD), Tarmizi A. Karim menjelaskan keharuannya melihat masyarakat dari tertatih-tatih menjadi aktif sebagai subyek pembangunan.
“Program Pemberdayaan Masyarakat dengan PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan itu telah menyemai bibit-bibit di seluruh nusantara. Orang di desa-desa menjadi kader pembangunan,” ujar punggawa PNPM Mandiri Perdesaan ini.
Naomi Bole, Duta PNPM dari NTT membagi kisahnya sebagai petani sekaligus tim verifikasi kecamatan. Peningkatan keterampilan kelompok tenun berbuah manis dari semula bermodal Rp1 jutaan, kini mengelola Rp 193 juta.
“PNPM suatu nilai yang sangat tinggi bagi saya. Karena tepat sasaran dan transparansi, bebas dari korupsi. Itu saya lihat karena bunganya rendah sekali, 1 persen. Bagi kita keluarga miskin bisa mengelola dana itu secara bagus. Peningkatan pendapatan dan Sumber Daya Manusia pasti berubah karena PNPM,” ujar Naomi berseru penuh semangat.
Peningkatan kapasitas bersama PNPM Mandiri juga dinilai Suminto penting dalam membalikkan kondisi ekonomi dari keterpurukkan. Berkali-kali bangkrut membuat Duta PNPM dari Banjarnegara ini berkenalan dengan PNPM Mandiri pada 2010. Dengan dukungan permodalan dan pembinaan, usaha Suminto bangkit.
“Tahun 2013 kami sudah tidak menggunakan (dana PNPM) lagi karena kelompok saya sudah jadi asosiasi membina 53 kelompok pembudidaya dan 13 kelompok pengolah. Tapi, program ini kami minta lebih banyak untuk mereka yang ingin maju dan yang membutuhkan. Untuk itu saya mohon, program yang sudah bagus harusnya dipupuk, dibaguskan lagi,” papar Suminto.
Para Duta PNPM ini juga termasuk Penerima Penghargaan dan enam Pemenang Lomba Cerita dan Foto 1001 Jejak PNPM Mandiri. Penyerahan penghargaan diserahkan langsung oleh Sujana Royat dari PNPM Mandiri dan Budiman Sudjatmiko dari DPR RI. Karya para pemenang lomba 1001 Jejak PNPM Mandiri dipamerkan di gerbang Temnas. Banyak pengunjung yang tampak berfoto-foto di area pameran lomba.
Duta PNPM mengikuti pelatihan di Jakarta pada 8 Mei 2014. Rangkaian pelatihan bersama tim Inspirit menempa kemampuan berkomunikasi para duta. Mereka berbagi cerita tentang kondisi daerahnya sebelum dan sesudah mengenal PNPM Mandiri.
Saat berbagi cerita di pelatihan Inspirit, Duta PNPM, Junaedy Bole dari PNPM Perkotaan Ambon, Maluku menceritakan perubahan pola pikir masyarakat. Pasca konflik, masyarakat banyak kehilangan pekerjaan. Awalnya mereka memandang pembangunan daerah sebagai proyek pendulang uang untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. PNPM Mandiri hadir dengan dana yang minim, tapi bisa mengajak masyarakat bekerja sama. Nilai swadaya yang tadinya kecil bisa meningkat. Rancangan sederhana berubah menjadi lebih kokoh.
“Akhirnya bisa menjadi satu lagi. Kebanggaan kami, PNPM bisa menyatukan dua perbedaan paska konflik Maluku,” ujar Junaedy dengan logat Indonesia Timur yang kental.
Pada 9 Mei 2014, Duta PNPM membaca seruan keberlanjutan PNPM Mandiri menuju Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PU, Kementerian Kelautan & Perikanan, Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, dan Kemenko Kesra.
Saat berjumpa dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Ri’in, Duta PNPM dari Lombok menuturkan perjuangannya melawan rentenir yang disebut masyarakat sebagai “Bank 46”, pinjam 4 kembali 6. Bersama para “janda TKI” yang ditinggal suaminya bekerja di Malaysia, Ri’in mengembangkan kelompok penenun kain tradisional. Bersama mereka berdaya membentuk koperasi untuk memperkuat permodalan.
“PNPM mengubah pola pikir masyarakat. Dulu mengandalkan kiriman suami, sekarang bisa menghasilkan sendiri,” ujar Ri’in bangga karena bisa menjadi pemimpin kelompok kendati hanya bersekolah hingga kelas 2 SD.
Air mata haru dan apresiasi
Berbagai kisah perjuangan para Duta PNPM ini membawa rasa haru. Lisa, Duta PNPM mengisahkan perjuangannya sebagai transgender. Lisa sering mengalami diskriminasi yang membuatnya malu dalam mengakses layanan kesehatan. Kini dia tampi percaya diri setelah mendapat advokasi dari PNPM Mandiri. Bahkan, berhasil membuka usaha salon.
“Kami merasa lebih diakui dan dipedulikan bangsa ini. Bangga karena ada program pemerintah yang menyentuh transgender,” tutur Lisa yang disambut derai airmata para Duta yang mendengarkannya.
Air mata haru juga berderai di Monas. Rahma, Duta PNPM membawa kisah pilu. Gadis cilik penyandang tuna daksa kaki dan tangan ini ditinggal ayahnya sejak kecil karena malu. Kondisi ini membuat Rahma tidak percaya diri. Akibat sering diolok, Rahma baru berani sekolah pada usia 8 tahun. Tapi, bantuan kaki palsu dari PNPM Generasi berhasil membuatnya semangat belajar.
Kisah pejuang pemberdayaan masyarakat ini mendapat beragam apresiasi positif. Dalam Dialog Nusantara Berdaya, para inspirator yakni Sujana Royat (Pokja Pengendali PNPM Mandiri), Tarmizi A. Karim (Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa RI/ PMD), Budiman Sudjatmiko (DPR RI), Erna Witoelar (mantan Duta Khusus PBB untuk MDGs), dan Nani Zulminarni (Koordinator Nasional PEKKA) menyerukan kekagumannya pada para Duta PNPM.
“Inspirator tidak berhenti di dirinya, terus belajar, tidak berhenti pada satu hasil. PNPM telah mengantar masyarakat desa berdaulat,” ujar Nani.
Kisah-kisah lain dari para juara kehidupan PNPM Mandiri tertuang pula pada buku Indonesia Berdaya bekerja sama dengan Katadata yang diluncurkan di pentas Temnas. Buku ini berisi 100 tokoh yang mengisahkan perjuangan untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya menjadi mandiri.
“Tidak ada alasan untuk pesimis, Indonesia akan hancur. Tidak ada alasan untuk pesimis, Indonesia akan rusak. Karena yang tampil di sana tadi itu adalah masa depan Indonesia yang semua ingin kita lihat dan ingin kerjakan. Yang harus dilakukan pemimpin, politisi, adalah belajar dari mereka,” ujar Budiman Sudjatmiko, anggota DPR RI seusai menyaksikan kisah penuh semangat Duta PNPM.
Langkah pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri telah membuktikan tajinya hingga pelosok Indonesia. Erna Witoelar menilai tugas selanjutnya adalah memikirkan keberlanjutannya. Fasilitas yang sudah dirintis dan dana yang mengalir langsung ke perdesaan bisa lestari.
“Masih banyak di instansi, dana-dana bansos cuma dikasih begitu saja. Itu harus juga di-PNPM-kan! Artinya prosesnya seperti PNPM, memberdayakan masyarakat,” ujar mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah ini.
Seusai dialog Nusantara Berdaya yang dipandu selebritas Anya Dwinov, para hadirin di Monas santai sejenak menyaksikan Pesta Rakyat PNPM Mandiri. Tarian daerah, paduan musik tradisional dan modern, serta humor menggelitik standup comedian Ari Keriting menyegarkan udara Monas yang panas.
Para hadirin di Monas bergabung untuk bernyanyi dan berjoged bersama. Pejabat, Duta PNPM, pelaku PNPM Mandiri, pengisi booth pameran, hingga masyarakat sekitar bersatu dalam lagu. Duta PNPM dari Komunitas Kreatif, Yandi Pratama memandu semua bergoyang dangdut.
“Siapapun presidennya, programnya satu tujuan!” lantunan lirik lagu kreasi Yandi. Semoga harapan ini menjadi nyata(pnpm-supportdotorg)
Sumber: Sini
Temu Nasional (Temnas) PNPM Mandiri merupakan acara akbar rutin Pokja Pengendali PNPM Mandiri yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama para pelaku program dalam rangka mengidentifikasi berbagai capaian, kemajuan program serta berbagai langkah perbaikan yang diperlukan.
Temnas 2014 memiliki makna yang sangat strategis karena bersamaan dengan upaya pemerintah dalam meletakkan berbagai pondasi kebijakan bagi keberlanjutan gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia paska pergantian kepemimpinan legislatif dan kepresidenan di Indonesia. Upaya tersebut tercermin dalam rumusan Peta Jalan (Road Map) PNPM Mandiri serta Undang-undang Desa yang sudah disahkan oleh DPR RI pada Desember 2013 lalu. Tema pokok Temnas 2014 adalah “Bersama PNPM, Masyarakat Berdaya, Mandiri dan Bermartabat”.
Para Duta PNPM berbicara di hadapan sekitar 1.000 orang yang memadati Monas terdiri dari tamu undangan, pejabat, tokoh nasional, pelaku PNPM Mandiri dari wilayah sekitar Jakarta, dan masyarakat yang datang ke Monas. Mereka mewakili jutaan kisah di balik perjuangan menuju masyarakat madani.
Duta PNPM ini terdiri dari kader pemberdayaan masyarakat dari lokasi sulit, terpencil atau terisolir. Bahkan, Duta dari Toli-Toli harus berlayar selama 19 jam. Mereka aktif mendukung PNPM Mandiri dan menerima manfaat dari beragam program seperti PNPM Perdesaan, Perkotaan, PISEW, RIS, Generasi, Kelautan, Pariwisata, Pertanian, Peduli, dan Komunitas Kreatif. Mereka mampu menceritakan pengalaman membanggakan dan inovasi yang telah ditumbuhkan bersama PNPM Mandiri. Semua demi membangkitkan masyarakat miskin di sekitarnya dari keterpurukan. Sebagian besar duta ini merupakan perempuan tangguh di daerahnya.
“Seratus duta ini mewakili jutaan peserta PNPM. Sejak 1998 cikal-bakal PNPM; PPK dan P2KP, peserta PNPM itu 88 juta orang, 76 persen kaum perempuan. Hidup kaum perempuan!” seru Sujana Royat, Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan. Kemiskinan Kemenko Kesra sekaligus Ketua Pokja Pengendali PNPM Mandiri.
Saat konferensi pers, Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa RI (PMD), Tarmizi A. Karim menjelaskan keharuannya melihat masyarakat dari tertatih-tatih menjadi aktif sebagai subyek pembangunan.
“Program Pemberdayaan Masyarakat dengan PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan itu telah menyemai bibit-bibit di seluruh nusantara. Orang di desa-desa menjadi kader pembangunan,” ujar punggawa PNPM Mandiri Perdesaan ini.
Naomi Bole, Duta PNPM dari NTT membagi kisahnya sebagai petani sekaligus tim verifikasi kecamatan. Peningkatan keterampilan kelompok tenun berbuah manis dari semula bermodal Rp1 jutaan, kini mengelola Rp 193 juta.
“PNPM suatu nilai yang sangat tinggi bagi saya. Karena tepat sasaran dan transparansi, bebas dari korupsi. Itu saya lihat karena bunganya rendah sekali, 1 persen. Bagi kita keluarga miskin bisa mengelola dana itu secara bagus. Peningkatan pendapatan dan Sumber Daya Manusia pasti berubah karena PNPM,” ujar Naomi berseru penuh semangat.
Peningkatan kapasitas bersama PNPM Mandiri juga dinilai Suminto penting dalam membalikkan kondisi ekonomi dari keterpurukkan. Berkali-kali bangkrut membuat Duta PNPM dari Banjarnegara ini berkenalan dengan PNPM Mandiri pada 2010. Dengan dukungan permodalan dan pembinaan, usaha Suminto bangkit.
“Tahun 2013 kami sudah tidak menggunakan (dana PNPM) lagi karena kelompok saya sudah jadi asosiasi membina 53 kelompok pembudidaya dan 13 kelompok pengolah. Tapi, program ini kami minta lebih banyak untuk mereka yang ingin maju dan yang membutuhkan. Untuk itu saya mohon, program yang sudah bagus harusnya dipupuk, dibaguskan lagi,” papar Suminto.
Para Duta PNPM ini juga termasuk Penerima Penghargaan dan enam Pemenang Lomba Cerita dan Foto 1001 Jejak PNPM Mandiri. Penyerahan penghargaan diserahkan langsung oleh Sujana Royat dari PNPM Mandiri dan Budiman Sudjatmiko dari DPR RI. Karya para pemenang lomba 1001 Jejak PNPM Mandiri dipamerkan di gerbang Temnas. Banyak pengunjung yang tampak berfoto-foto di area pameran lomba.
Duta PNPM mengikuti pelatihan di Jakarta pada 8 Mei 2014. Rangkaian pelatihan bersama tim Inspirit menempa kemampuan berkomunikasi para duta. Mereka berbagi cerita tentang kondisi daerahnya sebelum dan sesudah mengenal PNPM Mandiri.
Saat berbagi cerita di pelatihan Inspirit, Duta PNPM, Junaedy Bole dari PNPM Perkotaan Ambon, Maluku menceritakan perubahan pola pikir masyarakat. Pasca konflik, masyarakat banyak kehilangan pekerjaan. Awalnya mereka memandang pembangunan daerah sebagai proyek pendulang uang untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. PNPM Mandiri hadir dengan dana yang minim, tapi bisa mengajak masyarakat bekerja sama. Nilai swadaya yang tadinya kecil bisa meningkat. Rancangan sederhana berubah menjadi lebih kokoh.
“Akhirnya bisa menjadi satu lagi. Kebanggaan kami, PNPM bisa menyatukan dua perbedaan paska konflik Maluku,” ujar Junaedy dengan logat Indonesia Timur yang kental.
Pada 9 Mei 2014, Duta PNPM membaca seruan keberlanjutan PNPM Mandiri menuju Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PU, Kementerian Kelautan & Perikanan, Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, dan Kemenko Kesra.
Saat berjumpa dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Ri’in, Duta PNPM dari Lombok menuturkan perjuangannya melawan rentenir yang disebut masyarakat sebagai “Bank 46”, pinjam 4 kembali 6. Bersama para “janda TKI” yang ditinggal suaminya bekerja di Malaysia, Ri’in mengembangkan kelompok penenun kain tradisional. Bersama mereka berdaya membentuk koperasi untuk memperkuat permodalan.
“PNPM mengubah pola pikir masyarakat. Dulu mengandalkan kiriman suami, sekarang bisa menghasilkan sendiri,” ujar Ri’in bangga karena bisa menjadi pemimpin kelompok kendati hanya bersekolah hingga kelas 2 SD.
Air mata haru dan apresiasi
Berbagai kisah perjuangan para Duta PNPM ini membawa rasa haru. Lisa, Duta PNPM mengisahkan perjuangannya sebagai transgender. Lisa sering mengalami diskriminasi yang membuatnya malu dalam mengakses layanan kesehatan. Kini dia tampi percaya diri setelah mendapat advokasi dari PNPM Mandiri. Bahkan, berhasil membuka usaha salon.
“Kami merasa lebih diakui dan dipedulikan bangsa ini. Bangga karena ada program pemerintah yang menyentuh transgender,” tutur Lisa yang disambut derai airmata para Duta yang mendengarkannya.
Air mata haru juga berderai di Monas. Rahma, Duta PNPM membawa kisah pilu. Gadis cilik penyandang tuna daksa kaki dan tangan ini ditinggal ayahnya sejak kecil karena malu. Kondisi ini membuat Rahma tidak percaya diri. Akibat sering diolok, Rahma baru berani sekolah pada usia 8 tahun. Tapi, bantuan kaki palsu dari PNPM Generasi berhasil membuatnya semangat belajar.
Kisah pejuang pemberdayaan masyarakat ini mendapat beragam apresiasi positif. Dalam Dialog Nusantara Berdaya, para inspirator yakni Sujana Royat (Pokja Pengendali PNPM Mandiri), Tarmizi A. Karim (Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa RI/ PMD), Budiman Sudjatmiko (DPR RI), Erna Witoelar (mantan Duta Khusus PBB untuk MDGs), dan Nani Zulminarni (Koordinator Nasional PEKKA) menyerukan kekagumannya pada para Duta PNPM.
“Inspirator tidak berhenti di dirinya, terus belajar, tidak berhenti pada satu hasil. PNPM telah mengantar masyarakat desa berdaulat,” ujar Nani.
Kisah-kisah lain dari para juara kehidupan PNPM Mandiri tertuang pula pada buku Indonesia Berdaya bekerja sama dengan Katadata yang diluncurkan di pentas Temnas. Buku ini berisi 100 tokoh yang mengisahkan perjuangan untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya menjadi mandiri.
“Tidak ada alasan untuk pesimis, Indonesia akan hancur. Tidak ada alasan untuk pesimis, Indonesia akan rusak. Karena yang tampil di sana tadi itu adalah masa depan Indonesia yang semua ingin kita lihat dan ingin kerjakan. Yang harus dilakukan pemimpin, politisi, adalah belajar dari mereka,” ujar Budiman Sudjatmiko, anggota DPR RI seusai menyaksikan kisah penuh semangat Duta PNPM.
Langkah pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri telah membuktikan tajinya hingga pelosok Indonesia. Erna Witoelar menilai tugas selanjutnya adalah memikirkan keberlanjutannya. Fasilitas yang sudah dirintis dan dana yang mengalir langsung ke perdesaan bisa lestari.
“Masih banyak di instansi, dana-dana bansos cuma dikasih begitu saja. Itu harus juga di-PNPM-kan! Artinya prosesnya seperti PNPM, memberdayakan masyarakat,” ujar mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah ini.
Seusai dialog Nusantara Berdaya yang dipandu selebritas Anya Dwinov, para hadirin di Monas santai sejenak menyaksikan Pesta Rakyat PNPM Mandiri. Tarian daerah, paduan musik tradisional dan modern, serta humor menggelitik standup comedian Ari Keriting menyegarkan udara Monas yang panas.
Para hadirin di Monas bergabung untuk bernyanyi dan berjoged bersama. Pejabat, Duta PNPM, pelaku PNPM Mandiri, pengisi booth pameran, hingga masyarakat sekitar bersatu dalam lagu. Duta PNPM dari Komunitas Kreatif, Yandi Pratama memandu semua bergoyang dangdut.
“Siapapun presidennya, programnya satu tujuan!” lantunan lirik lagu kreasi Yandi. Semoga harapan ini menjadi nyata(pnpm-supportdotorg)
Sumber: Sini
0 komentar :
Posting Komentar