Rabu, 04 Juni 2014

Kabupaten Banjarnegara


Kabupaten Banjarnegara, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di Barat.

Geografi

Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Topografi

Topografi wilayah ini sebagian besar (65% lebih) berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci pembagian wilayah berdasarkan topografi.
Sungai Serayu mengalir menuju ke Barat, serta anak-anak sungainya termasuk Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sumber irigasi pertanian.
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26° C.

Pembagian administratif

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas 266 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Banjarnegara, untuk Kecamatan Terluas adalah Kecamatan Punggelan yang juga memiliki penduduk terbanyak.
Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah: Mandiraja, Wanadadi, Karangkobar dan Klampok.

Pendidikan

Terdapat beberapa sekolah favorit dan sudah berstandar nasional antara lain :
di Banjarnegara juga terdapat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta antara lain:
Pendidikan formalTK atau RASD atau MISMP atau MTsSMA atau MASMKPerguruan tinggiLainnya
Negeri36579510400
Swasta53921049171320
Total542867144271720
Data sekolah di Kabupaten Banjarnegara
Sumber:[2]

Kesehatan

Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang memadai di antaran:


Tempat Penginapan

Di Kabupaten Banjarnegara Terdapat banyak hotel yang menjadi pilihan, baik yang berbintang maupun yang belum, di antaranya :


Perbelanjaan

Modern:
Pasar Besar:

Transportasi

Banjarnegara dilalui jalan provinsi yang menghubungkan antara Banyumas dengan Magelang dan Semarang. Klampok merupakan persimpangan jalur menuju Purbalingga dan Banyumas. Selain itu terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Banjarnegara dengan Batang, melintasi Dataran Tinggi Dieng.
Angkutan bis antarkota yang melewati Banjarnegara antara lain adalah jurusan Solo-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Semarang-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Wonosobo-Banjarnegara-Bandung, Wonosobo-Banjarnegara-Banyumas serta Banjarnegara-Jakarta.
Alternatif lain adalah menggunakan jasa angkutan travel yg antara lain dilayani adalah Jakarta-Purwokerto-Banjarnegara-Wonosobo; Bandung-Purwokerto -Banjarnegara-Wonosobo; Purwokerto-Banjarnegara-Semarang; Purwokerto-Banjarnegara-Yogya; Purwokerto-Banjarnegara-Semarang-Surabaya
Alternatif angkutan di dalam kota Banjarnegara adalah menggunakan Angkutan Kota (Angkot),Becak, Dokar (Kereta kuda)

Sejarah

Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 zaman, yaitu zaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
  • Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
  • Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
  • Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
  • Raden Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
  • Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
  • Raden Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
  • Drs. Soewadji, Tahun 1973 - 1980.
  • Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
  • H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
  • Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
  • Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
  • Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016

Lambang

Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.
LAMBANG Daerah itu "diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.

Arti Lambang

SESANTI / SURYA SENGKALA Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah. Sesanti tersebut berbunyi : "WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA" Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan pemerintahannya.

Makanan khas Banjarnegara

Makanan khas Banjarnegara antara lain:
  • Dawet Ayu
  • Tempe Mendhoan
  • Combro Kering
  • Bakso (bukan merupakan asli Banjarnegara, melainkan dibawa oleh pendatang dari Wonogiri)
  • Apem Madukara
  • Jenang Salak Madukara
  • Buntil (di pasar tersedia banyak)
  • jipang
  • keripik kentang Batur
  • keripik Mujahir dari Luwung Kec. Rakit.

Obyek Wisata di Banjarnegara

Obyek wisata yang ada di Banjarnegara, antara lain:

Tokoh Dari Banjarnegara

  • M. Ma'ruf, Mantan Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004 s/d 2007)' lantas digantikan oleh H. Mardiyanto
  • Ebiet G. Ade, Penyanyi lagu-lagu balada di era 70an hingga sekarang
  • Chris John, Petinju dengan nama lengkap Yohannes Christian John, atau lebih dikenal sebagai Chris John adalah seorang petinju Indonesia. Ia tercatat sebagai petinju Indonesia kelima yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas Pical, Nico Thomas, Ajib Albarado dan Suwito Lagola
  • Herry Suhardiyanto, peneliti dan rektor Institut Pertanian Bogor

Sumber: Wikipedia

 

 


 


 


 

0 komentar :

Posting Komentar