Desa beserta unsur di dalamnya, yakni warga RT/ RW di wilayah Banjarnegara merupakan sel-sel yang saling melengkapi sehingga membentuk organisma hidup dan berkembang
MENGEJAR ketertinggalan berarti mengejar hal-hal yang tertinggal. Mengejar ketertinggalan tidak akan pernah membuat maju dan sejajar dengan daerah lain. Banjarnegara harus mengubah ungkapan mengejar ketertinggalan menjadi mengejar kemajuan, yang berarti menyangkut hal-hal yang maju.
Apabila tetap menggunakan ungkapan mengejar ketertinggalan, yakinlah kabupaten ini tidak akan bisa menyaingi, apalagi menyamai atau melampaui daerah lain yang sudah lebih dahulu maju. Bila visi mengejar kemajuan sudah dimulai sejak lima tahun lalu, mungkin pada tahun ketiga periode II kepemimpinan Bupati Djasri, Banjarnegara sudah berhasil menghapus statusnya sebagai kabupaten tertinggal.
Walaupun semboyan itu akan sulit dicapai di tengah rendahnya kemampuan daerah, setidaknya dapat memacu dan mengumpulkan energi bagi aparatur pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Fokus pembangunan akan lebih terarah pada penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional, meningkatkan sumber pembiayaan, tersusunnya kelembagaan secara efektif dan regulasi yang jelas dan tegas, dengan demikian akan diimbangi meningkatnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional.
Untuk mengejar kemajuan dibutuhkan strategi dan pemikiran ekstra, dukungan sejumlah sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas, serta kemampuan meningkatkan penanaman modal investasi dari luar.
Strategi dasar yang bisa diterapkan, antara lain lebih diperbesar kebijakan pembangunan yang prorakyat, melakukan terobosan atau inovasi dalam menggali sumber daya, peningkatan program pembangunan infrastruktur desa, pengembangan ekonomi lokal, dan program pemberdayaan masyarakat.
Sumber daya alam utamanya sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan yang banyak tersedia di hampir seluruh wilayah Banjarnegara, terbukti telah mampu membentuk ekonomi masyarakat yang tangguh. Namun potensi tersebut belum diimbangi infrastruktur desa yang memadai seperti pembangunan jalan, jembatan, pasar, telekomunikasi dan fasilitas lainya yang memudahkan bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Bisa Dikurangi Bila investor sudah masuk, maka pengangguran di desa bisa dikurangi. Hal itupun belum cukup bila tidak diimbangi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan harus berasal dari inspirasi masyarakat dan mempunyai spirit dan kemauan yang keras untuk mengejar kemajuan.
Semangat pembangunan dari desa merupakan strategi yang cukup berhasil diterapkan di banyak negara. Bila Banjarnegara digambarkan sebagai sosok manusia utuh yang memiliki organ yang sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya, tentunya daerah ini akan dinamis dan mampu menggerakkan jasmani dan rohaninya. Desa beserta unsur yang ada di dalamnya, yakni RT/ RW di wilayah Banjarnegara, merupakan sel-sel yang saling melengkapi sehingga membentuk organisma yang hidup dan berkembang.
Manusia terdiri atas kepala, badan, dan anggota badan, tulang-tulang rangka dan daging sebagai pembungkus tulang. Pada bagian kepala terdiri atas otak (untuk berpikir) dan pancaindera, isi badan terdiri atas paru-paru, jantung, hati, empedu, lambung, usus dan sebagainya, yang memiliki berbagai macam fungsi.
Maka dengan teori organisma ini, ujung tombak kemajuan seharusnya dimulai dari tingkatan yang terkecil jumlah penduduknya. Bila desa maju dan kuat dipastikan akan kuat pulalah negara. Sebagai ujung tombak tentu harus tajam dan kuat, bila tumpul maka program dari pemerintah yang akan dilaksanakan tidak akan terwujud.
Dengan demikian, seperti halnya sel, jika semua manusia di tingkat RT, RW, dan desa bergerak aktif dan berkembang, alias tidak menganggur, mengerahkan segala potensi untuk membangun dan mengembangkan diri dipastikan daerah ini menjadi kuat. Bukankah banyak orang berhasil yang bermula dari keluarga miskin. Dengan demikian, mengejar kemajuan bukanlah mimpi, dan bila terjadi hasilnya jauh dari hanya sekadar mengejar ketertinggalan.
Sumber : Suara Merdeka 10 Maret 2010
MENGEJAR ketertinggalan berarti mengejar hal-hal yang tertinggal. Mengejar ketertinggalan tidak akan pernah membuat maju dan sejajar dengan daerah lain. Banjarnegara harus mengubah ungkapan mengejar ketertinggalan menjadi mengejar kemajuan, yang berarti menyangkut hal-hal yang maju.
Apabila tetap menggunakan ungkapan mengejar ketertinggalan, yakinlah kabupaten ini tidak akan bisa menyaingi, apalagi menyamai atau melampaui daerah lain yang sudah lebih dahulu maju. Bila visi mengejar kemajuan sudah dimulai sejak lima tahun lalu, mungkin pada tahun ketiga periode II kepemimpinan Bupati Djasri, Banjarnegara sudah berhasil menghapus statusnya sebagai kabupaten tertinggal.
Walaupun semboyan itu akan sulit dicapai di tengah rendahnya kemampuan daerah, setidaknya dapat memacu dan mengumpulkan energi bagi aparatur pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Fokus pembangunan akan lebih terarah pada penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional, meningkatkan sumber pembiayaan, tersusunnya kelembagaan secara efektif dan regulasi yang jelas dan tegas, dengan demikian akan diimbangi meningkatnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional.
Untuk mengejar kemajuan dibutuhkan strategi dan pemikiran ekstra, dukungan sejumlah sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas, serta kemampuan meningkatkan penanaman modal investasi dari luar.
Strategi dasar yang bisa diterapkan, antara lain lebih diperbesar kebijakan pembangunan yang prorakyat, melakukan terobosan atau inovasi dalam menggali sumber daya, peningkatan program pembangunan infrastruktur desa, pengembangan ekonomi lokal, dan program pemberdayaan masyarakat.
Sumber daya alam utamanya sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan yang banyak tersedia di hampir seluruh wilayah Banjarnegara, terbukti telah mampu membentuk ekonomi masyarakat yang tangguh. Namun potensi tersebut belum diimbangi infrastruktur desa yang memadai seperti pembangunan jalan, jembatan, pasar, telekomunikasi dan fasilitas lainya yang memudahkan bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Bisa Dikurangi Bila investor sudah masuk, maka pengangguran di desa bisa dikurangi. Hal itupun belum cukup bila tidak diimbangi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan harus berasal dari inspirasi masyarakat dan mempunyai spirit dan kemauan yang keras untuk mengejar kemajuan.
Semangat pembangunan dari desa merupakan strategi yang cukup berhasil diterapkan di banyak negara. Bila Banjarnegara digambarkan sebagai sosok manusia utuh yang memiliki organ yang sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya, tentunya daerah ini akan dinamis dan mampu menggerakkan jasmani dan rohaninya. Desa beserta unsur yang ada di dalamnya, yakni RT/ RW di wilayah Banjarnegara, merupakan sel-sel yang saling melengkapi sehingga membentuk organisma yang hidup dan berkembang.
Manusia terdiri atas kepala, badan, dan anggota badan, tulang-tulang rangka dan daging sebagai pembungkus tulang. Pada bagian kepala terdiri atas otak (untuk berpikir) dan pancaindera, isi badan terdiri atas paru-paru, jantung, hati, empedu, lambung, usus dan sebagainya, yang memiliki berbagai macam fungsi.
Maka dengan teori organisma ini, ujung tombak kemajuan seharusnya dimulai dari tingkatan yang terkecil jumlah penduduknya. Bila desa maju dan kuat dipastikan akan kuat pulalah negara. Sebagai ujung tombak tentu harus tajam dan kuat, bila tumpul maka program dari pemerintah yang akan dilaksanakan tidak akan terwujud.
Dengan demikian, seperti halnya sel, jika semua manusia di tingkat RT, RW, dan desa bergerak aktif dan berkembang, alias tidak menganggur, mengerahkan segala potensi untuk membangun dan mengembangkan diri dipastikan daerah ini menjadi kuat. Bukankah banyak orang berhasil yang bermula dari keluarga miskin. Dengan demikian, mengejar kemajuan bukanlah mimpi, dan bila terjadi hasilnya jauh dari hanya sekadar mengejar ketertinggalan.
Sumber : Suara Merdeka 10 Maret 2010
0 komentar :
Posting Komentar