ANTARA (Kamis, 18 Mar 2010) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, akan membentuk dua desa wisata baru di Dataran Tinggi Dieng.
"Kami akan mengusulkan kepada Pemkab Banjarnegara agar Desa Karangtengah dan Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, dijadikan sebagai desa wisata di Dataran Tinggi Dieng," kata Kepala Bidang Promosi dan Usaha Dinbudpar Kabupaten Banjarnegara, Tien Sumarwati di Banjarnegara, Kamis.
Desa wisata tersebut, lanjut dia, didanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.
Menurut dia, PNPM sekarang telah mengarah ke sektor pariwisata sehingga diharapkan masyarakat di dua desa tersebut dapat diberdayakan untuk turut mengembangkan kepariwisataan di Dataran Tinggi Dieng.
Dengan demikian jika dua desa tersebut menjadi desa wisata, kata dia, di Dataran Tinggi akan ada tiga desa wisata karena Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, telah lebih dulu menjadi desa wisata.
Selain dua desa ini, lanjutnya, Dinbudpar juga berwacana membentuk desa wisata di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, yang merupakan sentra kerajinan batik tulis khas Banjarnegara.
"Bahkan masyarakat Desa Kendaga, Kecamatan Banjarwaru, juga mengusulkan pembentukan desa wisata di desanya yang memiliki tempat wisata Gunung Lawe yang biasa digunakan untuk kegiatan panjat tebing serta punya sejumlah potensi budaya," katanya.
Akan tetapi, kata dia, usulan tersebut belum bisa direalisasikan oleh Dinbudpar karena lokasinya harus disurvei terlebih dulu.
"Hal itu agar jangan sampai setelah diresmikan sebagai sebuah desa wisata, ternyata tidak ada wisatawan yang datang," ujarnya.
Disinggung mengenai adanya keluhan dari para wisatawan yang berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng, dia mengakui sering mendengar para wisatawan mengeluhkan bau tak sedap dari pupuk kandang yang digunakan petani kentang di Kecamatan Batur.
Menurut dia, hal itu sulit dihindarkan karena pupuk kandang yang berasal dari kotoran burung lawet ini merupakan pupuk andalan petani kentang.
"Kendati demikian, kami terus berupaya menggeser mereka untuk menjadi masyarakat pariwisata. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit mereka telah sadar wisata," katanya.
Ia mengatakan, hal telah terbukti dengan adanya desa wisata di Desa Dieng Kulon.
Selain itu, kata dia, jumlah "homestay" (rumah inap, red.) di Dataran Tinggi Dieng telah mencapai 44 buah.
"Memang kami akui, di Dataran Tinggi Dieng belum ada hotel maupun restoran yang representatif. Meski demikian, kami justru cenderung untuk meningkatkan jumlah 'homestay' sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan wisatawan pun dapat benar-benar kembali ke alam," katanya.
Dia mengakui, selama ini wisatawan yang datang ke Dieng memilih masuk melalui Wonosobo karena jarak tempuhnya lebih dekat jika dibandingkan lewat Banjarnegara.
Menurut dia, jalur menuju Dieng dari Banjarnegara sebenarnya ada dua, yakni melalui Karangkobar dan Penjawaran.
Dari dua jalur tersebut, kata dia, jarak yang relatif lebih dekat adalah jalur Penjawaran tetapi kondisi jalannya masih banyak kerusakan.
Kendati demikian, dia mengatakan, jalur masuknya wisatawan tidak menjadi permasalahan karena yang terpenting sektor pariwisata, yakni Dataran Tinggi Dieng dapat tetap hidup.
"Bahkan Gubernur Jateng (Bibit Waluyo, red.) juga berencana membuka jalur melalui Kabupaten Batang sehingga diharapkan dari Semarang menuju Dieng dapat ditempuh selama dua jam," kata Tien.
Apalagi, lanjut dia, jika jalan tol Trans-Jawa terealisasi, tentunya akan sangat mendukung keberadaan jalur Batang-Dieng sehingga sektor wisata pun dapat diuntungkan.
Sumber : www.antarajateng.com
"Kami akan mengusulkan kepada Pemkab Banjarnegara agar Desa Karangtengah dan Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, dijadikan sebagai desa wisata di Dataran Tinggi Dieng," kata Kepala Bidang Promosi dan Usaha Dinbudpar Kabupaten Banjarnegara, Tien Sumarwati di Banjarnegara, Kamis.
Desa wisata tersebut, lanjut dia, didanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.
Menurut dia, PNPM sekarang telah mengarah ke sektor pariwisata sehingga diharapkan masyarakat di dua desa tersebut dapat diberdayakan untuk turut mengembangkan kepariwisataan di Dataran Tinggi Dieng.
Dengan demikian jika dua desa tersebut menjadi desa wisata, kata dia, di Dataran Tinggi akan ada tiga desa wisata karena Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, telah lebih dulu menjadi desa wisata.
Selain dua desa ini, lanjutnya, Dinbudpar juga berwacana membentuk desa wisata di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, yang merupakan sentra kerajinan batik tulis khas Banjarnegara.
"Bahkan masyarakat Desa Kendaga, Kecamatan Banjarwaru, juga mengusulkan pembentukan desa wisata di desanya yang memiliki tempat wisata Gunung Lawe yang biasa digunakan untuk kegiatan panjat tebing serta punya sejumlah potensi budaya," katanya.
Akan tetapi, kata dia, usulan tersebut belum bisa direalisasikan oleh Dinbudpar karena lokasinya harus disurvei terlebih dulu.
"Hal itu agar jangan sampai setelah diresmikan sebagai sebuah desa wisata, ternyata tidak ada wisatawan yang datang," ujarnya.
Disinggung mengenai adanya keluhan dari para wisatawan yang berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng, dia mengakui sering mendengar para wisatawan mengeluhkan bau tak sedap dari pupuk kandang yang digunakan petani kentang di Kecamatan Batur.
Menurut dia, hal itu sulit dihindarkan karena pupuk kandang yang berasal dari kotoran burung lawet ini merupakan pupuk andalan petani kentang.
"Kendati demikian, kami terus berupaya menggeser mereka untuk menjadi masyarakat pariwisata. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit mereka telah sadar wisata," katanya.
Ia mengatakan, hal telah terbukti dengan adanya desa wisata di Desa Dieng Kulon.
Selain itu, kata dia, jumlah "homestay" (rumah inap, red.) di Dataran Tinggi Dieng telah mencapai 44 buah.
"Memang kami akui, di Dataran Tinggi Dieng belum ada hotel maupun restoran yang representatif. Meski demikian, kami justru cenderung untuk meningkatkan jumlah 'homestay' sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan wisatawan pun dapat benar-benar kembali ke alam," katanya.
Dia mengakui, selama ini wisatawan yang datang ke Dieng memilih masuk melalui Wonosobo karena jarak tempuhnya lebih dekat jika dibandingkan lewat Banjarnegara.
Menurut dia, jalur menuju Dieng dari Banjarnegara sebenarnya ada dua, yakni melalui Karangkobar dan Penjawaran.
Dari dua jalur tersebut, kata dia, jarak yang relatif lebih dekat adalah jalur Penjawaran tetapi kondisi jalannya masih banyak kerusakan.
Kendati demikian, dia mengatakan, jalur masuknya wisatawan tidak menjadi permasalahan karena yang terpenting sektor pariwisata, yakni Dataran Tinggi Dieng dapat tetap hidup.
"Bahkan Gubernur Jateng (Bibit Waluyo, red.) juga berencana membuka jalur melalui Kabupaten Batang sehingga diharapkan dari Semarang menuju Dieng dapat ditempuh selama dua jam," kata Tien.
Apalagi, lanjut dia, jika jalan tol Trans-Jawa terealisasi, tentunya akan sangat mendukung keberadaan jalur Batang-Dieng sehingga sektor wisata pun dapat diuntungkan.
Sumber : www.antarajateng.com
0 komentar :
Posting Komentar