BANJARNEGARA – Kemiskinan sepertinya selalu muncul menjadi
masalah utama pembangunan di wilayah dengan geografis yang sulit dan
topografi bergunung-gunung. Di wilayah seperti ini, alam telah menjelma
menjadi factor kendala utama pembangunan. Bersama dengan factor kendala
utama tersebut mengikuti juga factor-faktor lain semisal SDM,
Kemiskinan, Aksesibilitas, Pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
“Akhirnya solusi semua masalah tersebut berpulang pada masalah
ketersediaan anggaran atau dana. Sementara dana yang dimiliki terbatas”
kata Heri Poerwanto, SE., M. Si., Camat Pagedongan di ruang kerjanya,
Kamis (29/07).
Tak jauh beda, lanjutnya, masalah seperti itu dialami juga oleh
Kecamatan Pagedongan. Kemiskinan menjadi masalah yang tidak mudah untuk
diselesaikan. Sekian lama dipikirkan, tetapi sekian ratus gagasan juga
mengambang di awang-awang. “Penanganan masalah kemiskinan berdiri di
tempat. Kita hanya mengandalkan program bantuan dari Kabupaten, Propinsi
dan Pusat. Waktu itu, sepertinya tak ada jalan keluar yang dapat kita
upayakan sendiri” imbuhnya.
Pergulatan kegelisahan itu, kata Heri, kemudian menemukan jalannya
karena suatu peristiwa kebetulan. Pemicu lahirnya Gerdu Sosial ini
adalah sebuah peristiwa yang berawal dari kunjungan pihak kecamatan ke
sebuah Sekolah Dasar di Duren. Pada saat kunjungan tersebut diketahui
ada salah seorang murid yang sering tidak masuk sekolah. Terdorong untuk
mengecek kebenaran laporan Tim langsung mencari tahu rumah murid
tersebut dan alangkah terharunya mereka ketika mengetahui kondisi yang
sebenarnya.
“Yang dimaksud rumah itu ukurannya kurang lebih 5 x 6 meter, dinding
bamboo dan papan yang kondisinya mau roboh, lantai tanah, tanpa listrik,
dan dihuni oleh 1 ibu dengan 6 orang anak. Dua diantaranya masih
balita. Sementara suami Yu Surip ini pergi sekian tahun tanpa
keterangan. Nelangsa mas menyaksikan warga begitu kondisinya” kata Heri.
Peristiwa itu kemudian melahirkan empati sosial yang cukup luas
hingga mendorong dilakukannya gerakan pengumpulan bantuan dana spontan.
Gerakan tersebut berhasil mengumpulkan cukup banyak dana yang bersumber
dari para PNS dan perangkat desa di Kecamatan Pagedongan serta donatur.
“Diputuskan pemberian bantuan dalam bentuk material bangunan yang dapat
langsung dimanfaatkan untu______erbaiki rumah dan sebagian dana lain
diperuntukan untuk membeli 2 ekor kambing” katanya.
Mekanismenya, lanjutnya, “bedah rumah” ini dilakukan bersama dengan
pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Penerima desa mengkondisikan
penerima bantuan, keluarga dan masyarakat tentang bantuan yang sifatnya
stimulant tersebut yang akan diperuntukan memperbaiki rumah. Diharapkan,
kata Heri, pihak keluarga dan masyarakat setempat mengapresiasi upaya
tersebut sehingga dengan semangat gotong royong dari dana awal tersebut
dapat terwujud rumah hunian yang layak.
“Dua ekor kambing bantuan dimaksudkan untuk modal sumber penghidupan
ekonomi nantinya. Jadi setelah rumah layak, mereka diberikan kesempatan
juga untuk mengembangkan perekonomian produktif” katanya.
Keberhasilan gerakan sosial tersebut, imbuh Heri, kemudian
mendatangkan inspirasi untuk melembagakannya. Heri kemudian mengumpulkan
9 Kepala Desa yang ada di wilayahnya untuk membahas gagasan tersebut.
Akhirnya, Kecamatan Pagedongan punya cara tersendiri dalam mengatasi
masalah kemiskinan yang mengepung wilayahnya. “Tak mau berpangku tangan
dan menjadikan kemiskinan sebatas wacana semata, kami memilih melakukan
tindakan nyata dengan mendirikan Gerakan Pembangunan Ekonomi
Kemasyarakatan yang dinamakan Gerakan Peduli Sosial, disingkat Gerdu
Sosial pada tanggal 07 Oktober tahun 2009 lalu” kata Heri.
Melalui lembaga non profit ini, katanya, kita mendorong tumbuhnya
kepedulian sosial di setiap instansi pemerintah, kalangan swasta dan
masyarakat. Dari kalangan ini kita juga menggalang dana untuk kegiatan
bhakti sosial. ”Pada awal bulan, saat penerimaan gaji, semua PNS dan
Perangkat Desa di Kecamatan Pandanarum wajib infaq sebagian rejekinya
untuk dana Gerdu Sosial” kata Heri.
Sampai sekarang, Gerdu Sosial ini telah melakukan pemugaran terhadap
rumah tidak layak huni menjadi rumah semi permanent atau permanent di
desa Duren, Pesangkalan, Lebakwangi dan Gunungjati. “Di dalam waktu
dekat, Gerdu Sosial akan merenovasi rumah tidak layak huni di desa dan
Pagedongan, Gentansari, dan Kebutuhjurang. Sementara dua desa lainnya
yaitu Kebutuhduwur dan Twelagiri menunggu giliran berikutnya” urainya.
Sementara itu menurut Agus Hasan, Kades Gunungjati, Ia merasa
terbantukan sekali dengan keberadaan program ini. “Melalui program ini,
Gunungjati telah dapat merenovasi 2 rumah tidak layak huni menjadi semi
permanent dan memberi bantuan 4 ekor kambing” katanya.
Untuk keberlangsungan program Gerdu Sosial tersebut, setiap bulan
Agus dan teman-teman perangkat lainnya dengan sukarela menyisihkan uang
Rp 5 ribu per orang. “Sedangkan dari masyarakat desa Gunungjati yang
berpenduduk 2000 jiwa lebih rata-rata perbulan mampu mengumpulkan uang
Rp 300 ribu” katanya.
Jumlah uang dari masyarakat tersebut, kata Agus, untuk masing-masing
desa bisa bervariasi. “Besarnya infaq dipengaruhi oleh besarnya jumlah
penduduk” imbuhnya (BNC/eko)
Sumber: http://banyumasnews.com/2010/07/29/atasi-masalah-kemiskinan-di-banjarnegara-dengan-gerdu-sosial/
0 komentar :
Posting Komentar